Rabu, 21 Mei 2014
PENYAKIT AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) DAN MANAJEMEN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET
PENYAKIT AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) DAN MANAJEMEN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET
![]() |
Sumber Gambar: Balai Penelitian Sembawa 2010 |
MANAJEMEN PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian penyakit tanaman pada umumnya di Indonesia berpedoman
pada prinsip: "pencegahan lebih baik daripada pengobatan". Pencegahan
pada awalnya tampak sulit dan mahal tetapi pada akhirnya akan menjadi
lebih murah dan memberikan keuntungan. Sebaliknya pengobatan tampak
lebih murah pada awalnya tetapi pada akhirnya menjadi lebih mahal dan
sering mengakibatkan kerugian berupa kematian tanaman jika cara
pengobatannya tidak tepat.
Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara pemusnahan sumber infeksi
yaitu tunggul dan sisa akar, dan perlindungan akar utama dari infeksi
patogen.
Pemusnahan/pengurangan sumber infeksi : tunggul dan sisa akar
Cara pengendalian penyakit akar putih yang paling efektif adalah mengurang atau memusnahkan sumber infeksi jamur berupa tunggul dan/atau sisa-sisa akar tanaman pada waktu pembukaan lahan dengan cara berikut.
Pembongkaran tunggul dan sisa akar Pembongkaran tunggul dan akar dilakukan dengan cara mekanis (dozer dan traktor) yang diikuti pengumpulan dan pembakaran akar-akar kecil pada saat pengolahan lahan. Di perkebunan besar, karena adanya larangan pembakaran, tunggul dan sisa akar ditumpuk pada jalur dalam areal kebun dengan resiko akan menjadi sumber infeksi patogen sehingga perlu dianjurkan pengamatan intensif penyakit dekat tumpukan tunggul. Di perkebunan rakyat, pembongkaran tunggul dan sisa akar jarang dilakukan karena biayanya cukup mahal, biasanya terbatas hanya dilakukan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.
Peracunan tunggul. Penggunaan racun tunggul dimaksudkan untuk mempercepat pelapukan tunggul sehingga kurang dari 2 tahun tunggul tempat hidup jamur akar putih telah menjadi hancur. Racun tunggul yang digunakan adalah Garlon 480 EC atau Tordon 101 (Komisi Pestisida. 1996; Situmorang dan Budiman, 2003). Racun tunggul dioleskan di sekeliling tunggul setelah kulit dikelupas selebar 20 cm dan segera setelah tebang pohon. Di perkebunan besar, peracunan tunggul biasanya dilakukan pada areal berbukit atau lereng yang tidak dapat dijangkau oleh traktor. Di perkebunan rakyat pada umumnya belum mengenal peracunan tunggul ini. Peracunan tunggul hanya terbatas digunakan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.
Pemberdayaan jamur pelapuk tunggul. Jamur pelapuk kayu Coriolus versicolor merupakan jamur yang paling dominan berkembang pada tunggul karet. Jamur pelapuk pelapuk kayu ini dapat diberdayakan untuk mempercepat pelapukan tunggul karet sehingga mengurangi ketersediaan media tempat hidup jamur akar putih. Cara pemberdayaannya adalah dengan menebang/memotong pendek pohon karet yiaitu sekitar 5-10 cm diatas permukaan tanah kemudian diikuti dengan pembakaran tunggul secara ringan dengan cabang/ranting kayu sehingga hanya mematikan bagian kulit. Cara ini akan mengundang masuknya jamur pelapuk tersebut pada tunggul. Untuk memacu percepatan pelapukan tunggul, jamur pelapuk dapat diinokulasikan dengan menempatkannya diatas tunggul kemudian ditutup dengan tanah atau serasah. Inokulasi dilakukan pada musim hujan dan jamur pelapuk dapat diambil dari tunggul lama.
Pemberdayaan tumbuhan antagonis. Beberapa tumbuhan antagonis seperti laos, kunyit, garut dan lidah mertua dapat diberdayakan untuk mengurangi sumber infeksi pada tunggul dan sisa akar. Tumbuhan ini dapat mengeluarkan bahan kimia antibiotik untuk jamur akar putih di sekitar perakaran sehingga akan menekan perkembangan jamur yang hidup pada tunggul. Tumbuhan antagonis tersebut ditanam 10-12 pokok di sekeliling pangkal tunggul pada saat musim hujan setelah lahan dibersihkan.
Penanaman tanaman kacangan. Tanaman kacangan ini selain berfungsi sebagai penutup tanah mencegah erosi dan menyuburkan tanamn tetapi juga berguna untuk meningkatkan aktifitas mikrobia saprofitik sehingga akan mempercepat pelapukan tunggul dan sebagian menjadi antagonis terhadap jamur akar putih (Newsam, 1963). Tanaman kacangan penutup tanah yang digunakan adalah Pueraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides dan Mucuna sp. Di perkebunan besar penanaman tanaman kacangan ini umum dilakukan tetapi jarang di perkebunan karet rakyat.
Penaburan belerang. Belerang dapat dianjurkan untuk menekan perkembangan jamur akar putih terutama pada tunggul disekitar hiaten-hiaten (pulau kosong) atau dekat tanaman sakit atau terserang sebelumnya. Belerang ditaburkan sekitar 150-200 g disekeliling tunggul tiap tahun dengan 2-3 kali ulangan aplikasi.
Teknik pemusnahan/pengurangan sumber infeksi terpadu. Cara pemusnahan/pengurangan sumber infeksi jamur akar putih seperti disebutkan diatas dapat dipadukan untuk lebih memperkecil sumber infeksi jamur tersebut. Peracunan tunggul dapat dikombinasikan dengan inokulasi buatan jamur pelapuk dan penanaman \tumbuhan antagonis disekeliling pangkal tunggul karet. Atau penaburan belerang dipadukan dengan penanaman tumbuhan antagonis di sekeliling tunggul karet.
Cara pengendalian penyakit akar putih yang paling efektif adalah mengurang atau memusnahkan sumber infeksi jamur berupa tunggul dan/atau sisa-sisa akar tanaman pada waktu pembukaan lahan dengan cara berikut.
Pembongkaran tunggul dan sisa akar Pembongkaran tunggul dan akar dilakukan dengan cara mekanis (dozer dan traktor) yang diikuti pengumpulan dan pembakaran akar-akar kecil pada saat pengolahan lahan. Di perkebunan besar, karena adanya larangan pembakaran, tunggul dan sisa akar ditumpuk pada jalur dalam areal kebun dengan resiko akan menjadi sumber infeksi patogen sehingga perlu dianjurkan pengamatan intensif penyakit dekat tumpukan tunggul. Di perkebunan rakyat, pembongkaran tunggul dan sisa akar jarang dilakukan karena biayanya cukup mahal, biasanya terbatas hanya dilakukan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.
Peracunan tunggul. Penggunaan racun tunggul dimaksudkan untuk mempercepat pelapukan tunggul sehingga kurang dari 2 tahun tunggul tempat hidup jamur akar putih telah menjadi hancur. Racun tunggul yang digunakan adalah Garlon 480 EC atau Tordon 101 (Komisi Pestisida. 1996; Situmorang dan Budiman, 2003). Racun tunggul dioleskan di sekeliling tunggul setelah kulit dikelupas selebar 20 cm dan segera setelah tebang pohon. Di perkebunan besar, peracunan tunggul biasanya dilakukan pada areal berbukit atau lereng yang tidak dapat dijangkau oleh traktor. Di perkebunan rakyat pada umumnya belum mengenal peracunan tunggul ini. Peracunan tunggul hanya terbatas digunakan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.
Pemberdayaan jamur pelapuk tunggul. Jamur pelapuk kayu Coriolus versicolor merupakan jamur yang paling dominan berkembang pada tunggul karet. Jamur pelapuk pelapuk kayu ini dapat diberdayakan untuk mempercepat pelapukan tunggul karet sehingga mengurangi ketersediaan media tempat hidup jamur akar putih. Cara pemberdayaannya adalah dengan menebang/memotong pendek pohon karet yiaitu sekitar 5-10 cm diatas permukaan tanah kemudian diikuti dengan pembakaran tunggul secara ringan dengan cabang/ranting kayu sehingga hanya mematikan bagian kulit. Cara ini akan mengundang masuknya jamur pelapuk tersebut pada tunggul. Untuk memacu percepatan pelapukan tunggul, jamur pelapuk dapat diinokulasikan dengan menempatkannya diatas tunggul kemudian ditutup dengan tanah atau serasah. Inokulasi dilakukan pada musim hujan dan jamur pelapuk dapat diambil dari tunggul lama.
Pemberdayaan tumbuhan antagonis. Beberapa tumbuhan antagonis seperti laos, kunyit, garut dan lidah mertua dapat diberdayakan untuk mengurangi sumber infeksi pada tunggul dan sisa akar. Tumbuhan ini dapat mengeluarkan bahan kimia antibiotik untuk jamur akar putih di sekitar perakaran sehingga akan menekan perkembangan jamur yang hidup pada tunggul. Tumbuhan antagonis tersebut ditanam 10-12 pokok di sekeliling pangkal tunggul pada saat musim hujan setelah lahan dibersihkan.
Penanaman tanaman kacangan. Tanaman kacangan ini selain berfungsi sebagai penutup tanah mencegah erosi dan menyuburkan tanamn tetapi juga berguna untuk meningkatkan aktifitas mikrobia saprofitik sehingga akan mempercepat pelapukan tunggul dan sebagian menjadi antagonis terhadap jamur akar putih (Newsam, 1963). Tanaman kacangan penutup tanah yang digunakan adalah Pueraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides dan Mucuna sp. Di perkebunan besar penanaman tanaman kacangan ini umum dilakukan tetapi jarang di perkebunan karet rakyat.
Penaburan belerang. Belerang dapat dianjurkan untuk menekan perkembangan jamur akar putih terutama pada tunggul disekitar hiaten-hiaten (pulau kosong) atau dekat tanaman sakit atau terserang sebelumnya. Belerang ditaburkan sekitar 150-200 g disekeliling tunggul tiap tahun dengan 2-3 kali ulangan aplikasi.
Teknik pemusnahan/pengurangan sumber infeksi terpadu. Cara pemusnahan/pengurangan sumber infeksi jamur akar putih seperti disebutkan diatas dapat dipadukan untuk lebih memperkecil sumber infeksi jamur tersebut. Peracunan tunggul dapat dikombinasikan dengan inokulasi buatan jamur pelapuk dan penanaman \tumbuhan antagonis disekeliling pangkal tunggul karet. Atau penaburan belerang dipadukan dengan penanaman tumbuhan antagonis di sekeliling tunggul karet.
Perlindungan tanaman.
Upaya perlindungan tanaman terhadap infeksi jamur akar putih masih jarang dilakukan. Di perkebunan rakyat hanya terbatas dilakukan pada proyek pembangunan karet binaan pemerintah dan petani maju. Sedangkan, di perkebunan besar perlindungan tanaman hanya dilakukan pada areal pertanaman bertunggul atau areal berlereng karena pada umumnya penyiapan lahan dilakukan dengan baik.
Penggunaan belerang/fungisida lain. Dalam upaya perlidungan tanaman digunakan fungisida/biofungisida. Fungisida yang dianjurkan adalah belerang, Bayfidan 3 G dan Triko P+. Belerang (100-200 g/pohon) ditaburkan di sekeliling tanaman sampai 20-100 cm dari leher akar setiap tahun selama 5 tahun pertama setelah tanam (Basuki 1986; Soepena dan Nasution 1986). Bayfidan 3 G dan Triko P+ diaplikasikan pada pangkal batang mulai umur 3 bulan dengan selang aplikasi 6 bulan sekali pada tanaman belum menghasilkan (Situmorang dan Budiman, 1990; Sujatno dan Pawirosoemardjo, 2001).
Penggunaan tumbuhan antagonis. Tumbuhan antagonis tersebut mengeluarkan zat antibiotik dari perakarannya yang dapat menekan perkembangan penyakit akar putih. Tumbuhan ini akan memberikan perlindungan terhadap tanaman dari serangan akar putih dalam jangka panjang. Tumbuhan antagonis yang dapat digunakan adalah kunyit, lidah mertua dan laos. Kunyit, laos dan atau lidah mertua (3-4 pokok/tanaman karet) ditanam disekeliling pangkal batang tanaman karet pada umur 3 bulan. Kunyit sebaiknya dikombinasikan dengan lidah mertua sedangkan laos tidak perlu. (Situmorang dan Suryaningthyas, 2003).
Tumbuhan antagonis dapat digunakan untuk perlindungan tanaman sehat tetangga dekat tanaman sakit baik pada tanaman belum menghasilkan maupun telah menghasilkan. Tumbuhan antagonis yang terbaik untuk tujuan ini adalah lidah mertua pedangan (besar). Tumbuhan ini mampu tumbuh dalam kondisi bersaing dengan akar tanaman karet dan kondisi terlindung. Banyaknya tumbuhan yang ditanam per tanamanan karet adalah 4-6 pokok pada tanaman belum menghasilkan dan 8-10 pokok pada tanaman menghasilkan.
Upaya perlindungan tanaman terhadap infeksi jamur akar putih masih jarang dilakukan. Di perkebunan rakyat hanya terbatas dilakukan pada proyek pembangunan karet binaan pemerintah dan petani maju. Sedangkan, di perkebunan besar perlindungan tanaman hanya dilakukan pada areal pertanaman bertunggul atau areal berlereng karena pada umumnya penyiapan lahan dilakukan dengan baik.
Penggunaan belerang/fungisida lain. Dalam upaya perlidungan tanaman digunakan fungisida/biofungisida. Fungisida yang dianjurkan adalah belerang, Bayfidan 3 G dan Triko P+. Belerang (100-200 g/pohon) ditaburkan di sekeliling tanaman sampai 20-100 cm dari leher akar setiap tahun selama 5 tahun pertama setelah tanam (Basuki 1986; Soepena dan Nasution 1986). Bayfidan 3 G dan Triko P+ diaplikasikan pada pangkal batang mulai umur 3 bulan dengan selang aplikasi 6 bulan sekali pada tanaman belum menghasilkan (Situmorang dan Budiman, 1990; Sujatno dan Pawirosoemardjo, 2001).
Penggunaan tumbuhan antagonis. Tumbuhan antagonis tersebut mengeluarkan zat antibiotik dari perakarannya yang dapat menekan perkembangan penyakit akar putih. Tumbuhan ini akan memberikan perlindungan terhadap tanaman dari serangan akar putih dalam jangka panjang. Tumbuhan antagonis yang dapat digunakan adalah kunyit, lidah mertua dan laos. Kunyit, laos dan atau lidah mertua (3-4 pokok/tanaman karet) ditanam disekeliling pangkal batang tanaman karet pada umur 3 bulan. Kunyit sebaiknya dikombinasikan dengan lidah mertua sedangkan laos tidak perlu. (Situmorang dan Suryaningthyas, 2003).
Tumbuhan antagonis dapat digunakan untuk perlindungan tanaman sehat tetangga dekat tanaman sakit baik pada tanaman belum menghasilkan maupun telah menghasilkan. Tumbuhan antagonis yang terbaik untuk tujuan ini adalah lidah mertua pedangan (besar). Tumbuhan ini mampu tumbuh dalam kondisi bersaing dengan akar tanaman karet dan kondisi terlindung. Banyaknya tumbuhan yang ditanam per tanamanan karet adalah 4-6 pokok pada tanaman belum menghasilkan dan 8-10 pokok pada tanaman menghasilkan.
tanaman hidroponik
Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless. Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan
untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak semua
hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Daftar isi
Macam-macam hidroponik
- Static solution culture (kultur air statis)
- Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),DFT (Deep Flow Technique)
- Aeroponics
- Passive sub-irrigation
- Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
- Run to waste
- Deep water culture
- Bubbleponics
- Bioponic
Media tanam inert hidroponik
Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:- Arang sekam
- Spons
- Expanded clay
- Rock wool
- Coir
- Perlite
- Pumice
- Vermiculite
- Pasir
- Kerikil
- Serbuk kayu
Keuntungan teknik hidroponik
- Tidak membutuhkan tanah
- Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misal disirkulasikan ke akuarium
- Mudah dalam pengendalian nutrisi sehingga pemberian nutrisi bisa lebih efisien
- Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
- Memberikan hasil yang lebih banyak
- Mudah dalam memanen hasil
cara menanam cabai dalam polybag
Cara menanam cabe dalam polybag
BAGIKAN:

Cara menanam cabe dalam pot atau polybag cukup mudah dilakukan. Menanam cabe bisa dilakukan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Secara umum menanam cabe bisa dilakukan pada ketinggian 0-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu optimal bagi tanaman cabe ada pada kisaran 24-27oC, namun masih bisa tahan terhadap suhu yang lebih dari itu. Sifat tersebut tergantung dari jenis varietas cabe.
Salah satu jenis cabe yang cocok untuk ditanam di pekarangan adalah cabe kerting. Jenis ini relatif lebih tahan terhadap iklim tropis dan rasanya pedas banyak disukai di pasaran. Berikut ini kami paparkan tentang cara menanam cabe keriting dalam polybag.
Pemilihan benih
Di pasaran banyak macam varietas cabe keriting, mulai dari hibrida hingga varietas lokal. Cara menanam cabe lokal dan hibrida tidak mempunyai perbedaan yang berarti. Hanya saja beberapa cabe hibrida dianjurkan dirawat dengan produk-produk obat-obatan tertentu. Varietas hibrida banyak didatangkan dari Taiwan dan Thailand, sedangkan varietas lokal banyak ditanam di Rembang, Kudus, hingga Tanah Karo, Sumatera Utara.Saat ini terdapat varietas lokal hasil seleksi, produktivitasnya pun lebih baik daripada varietas lokal tanpa seleksi. Benihnya dijual dalam kemasan kaleng seperti tampar yang diproduksi Sang Hyang Sri. Dari segi teknis, cara menanam cabe keriting lokal lebih sederhana dan anti ribet dibanding cara menanam cabe hibrida. Cabe lokal lebih adaptif dengan kondidi lingkungan dibanding cabe hibrida. Hanya saja produktivitasnya masih kalah dari hibrida.
Penyemaian benih
Cara menanam cabe dalam polybag sebaiknya tidak langsung dilakukan dari benih atau biji. Pertama-tama benih cabe harus disemaikan terlebih dahulu. Proses penyemaian ini gunanya untuk menyeleksi pertumbuhan benih, memisahkan benih yang tumbuhnya kerdil, cacat atau berpenyakit. Selain itu juga untuk menunggu kesiapan bibit sampai cukup tahan ditanam di tempat yang lebih besar.Tempat persemaian bisa berupa polybag ukuran kecil (8×9 cm), daun pisang, baki (tray) persemaian, atau petakan tanah. Untuk melihat lebih detail silahkan baca cara membuat media persemaian. Cara yang paling ekonomis adalah dengan menyiapkan petakan tanah untuk media persemaian.
Buat petakan tanah dengan ukuran secukupnya, campurkan kompos dengan tanah lalu aduk hingga rata. Butiran tanah dibuat sehalus mungkin agar perakaran bisa menembusnya dengan mudah. Buat ketebalan petakan tersebut 5-10 cm, diatasnya buat larikan dengan jarak 10 cm.
Masukkan benih cabe dalam larikan dengan jarak 7,5 cm kemudian siram untuk membasahi tanah dan tutup dengan abu atau tanah. Setelah itu tutup dengan karung goni basah selama 3-4 hari, pertahankan agar karung goni tetap basah. Pada hari ke-4 akan muncul bibit dari permukaan tanah, kemudian buka karung goni. Sebaiknya petakan ditudungi dengan plastik transparan untuk melindungi bibit cabe yang masih kecil dari panas berlebih dan siraman air hujan langsung. Tanaman cabe siap dipindahkan ke polybag besar setelah berumur 3-4 minggu, atau tanaman telah mempunyai 3-4 helai daun.
Penyiapan media tanam
Pilih polybag yang berukuran diatas 30 cm, agar media tanam cukup kuat menopang pertumbuhan tanaman cabe yang rimbun. Selain polybag, bisa juga digunakan pot dari jenis plastik, semen, tanah, atau keramik. Atau bisa juga menggunakan wadah-wadah bekas yang tidak terpakai lagi, beri lubang pada dasar wadah untuk saluran drainase.Cara menanam cabe dalam polybag bisa menggunakan media tanam dari campuran tanah, kompos, pupuk kandang, sekam padi, arang sekam, dan lain-lainnya. Silahkan baca cara membuat media tanam polybag untuk penjelasan lebih detail.
Beberapa contoh komposisi media tanam diantaranya adalah (1) Campuran tanah dengan kompos dengan komposisi 2:1, (2) Campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan komposisi 1:1:1, atau (3) Campuran tanah dan pupuk kandang dengan komposisi 2:1. Apabila menggunakan pupuk kandang, sebaiknya pilih pupuk yang telah matang. Lihat jenis dan karakteristik pupuk kandang.
Buat media tanam sehalus mungkin dengan cara mengayaknya. Campurkan sekitar 3 sendok NPK dalam setiap polybag. Aduk hingga campuran tersebut benar-benar rata. Lapisi bagian dalam polybag dengan sabut kelapa, pecahan genteng, atau pecahan styrofoam. Gunanya agar air tidak menggenangi daerah perakaran tanaman.

Pemindahan bibit
Setelah bibit tanaman dan media tanam siap, pindahkan bibit tanaman cabe dari tempat persemaian kedalam polybag. Lakukan pekerjaan ini saat pagi hari atau sore hari, dimana matahari tidak terlalu terik untuk menghindari stres pada tanaman.Lakukan pemindahan bibit dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan pada perakaran tanaman. Buat lubang tanam pada polybag sedalam 5-7 cm. Apabila persemaian dilakukan di atas polybag atau daun pisang, copot polybag dan daun pisang lalu masukan seluruh tanah dalam tempat persemaian kedalam lubang tanam. Apabila persemaian dilakukan di atas petak tanah atau tray, pindahkan dengan tanah yang menempel pada perakaran dan masukkan kedalam lubang tanam.
Pemeliharaan dan perawatan
- Pemupukan, berikan pemupukan tambahan dengan dosis satu sendok makan NPK per polybag setiap bulannya. Atau apabila ingin menanam cabe secara organik, sebagai gantinya semprotkan pupuk organik cair pada masa pertumbuhan daun dan pertumbuhan buah. Tambahkan satu kepal kompos atau pupuk kandang kambing pada saat tanaman mau berbuah.
- Penyiraman, tanaman cabe sebaiknya disiram sekurang-kurangnya 3 hari sekali. Apabila matahari bersinar terik, siram tanaman setiap hari.
- Pengajiran, setelah tanaman cabe tumbuh sekitar 20 cm, berikan ajir bambu. Ajir ini berguna untuk menopang tanaman agar berdiri tegak.
- Perompesan, tunas-tunas muda yang tumbuh di ketiak daun sebaiknya dihilangkan (dirompes). Perompesan dimulai pada hari ke-20 setelah tanam, perompesan biasanya dilakukan tiga kali hingga terbentuknya cabang. Gunanya agar tanaman tidak tumbuh kesamping ketika batang belum terlalu kuat menopang.
- Hama dan penyakit, penggunaan pestisida sebaiknya hanya dilakukan apabila tanaman terlihat terserang hama atau sakit. Apabila terlihat ada hama putih semprot dengan pestida, bila terlihat ada bakal ulat semprot dengan insektisida secukupnya, kalau terlihat jamur gunakan fungisida. Untuk bercocok tanam cabe organik gunakan pestisida alami, silahkan lihat di cara membuat pestisida organik.

Pemanenan
Umur cabe dari mulai tanam hingga panen bervariasi tergantung jenis varietas dan lingkungan. Masa panen terbaik adalah saat buah belum sepenuhnya berwarna merah, masih ada garis hijaunya. Buah seperti ini sudah masuk bobot yang optimal dan buah cabe masih bisa tahan 2-3 hari sebelum terjual oleh pedagang di pasar. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah embun kering. Hindari waktu panen pada malam dan siang hari.Tutorial cara menanam cabe ini cocok diterapkan pada pertanian sekala kecil atau lahan pekarangan. Bisa diterapkan juga untuk pertanian vertikultur atau urban farming. Semoga bermanfaat.
budidaya tanaman kopi
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KOPI YANG DITERAPKAN OLEH KELOMPOK TANI PUNCAK LESTARI
Wed, 10/23/2013 - 14:57 | by iman_uptpacetbandung
PENDAHULUAN
Tanaman
Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan
penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi ini bisa kita manfaatkan
tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor
perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat,
niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan. Tanaman kopi adalah
sebuah pohon yang masuk dalam keluarga Coffea. Ada lebih dari 60
varietas kopi yang berbeda, tapi yang memiliki nilai untuk
diperdagangkan hanya dua yaitu Coffea Arabica (Arabica) dan Coffea
canephora (robusta). Kopi Arabika unggul rasa, aromatik kopi tetapi kadar kafeinnya kurang dari robusta
a. Kopi Arabika
Kopi
Arabica adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling banyak
dibudidayakan, akuntansi untuk 74 persen dari biji yang ditanam di
dunia. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian antara 600 dan 1.800 meter di
atas permukaan laut dan memerlukan waktu enam sampai sembilan bulan
untuk menjadi biji yang matang.Biji kopi Arabika berharga lebih tinggi
di pasar kopi karena kopi tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi .
Biji Kopi Arabika jatuh ke tanah segera setelah matang, sehingga harus
dipanen segera untuk mencegah dari rasa dan bau tanah. Kopi Arabika juga
biasanya diproses secara khusus yang memakan biaya lebih tinggi
b. Kopi Robusta
Kopi
jenis Robusta ditemukan pada 1870-an, tumbuh liar di Kongo. Sekitar 26
persen dari dunia perdagangan kopi Robusta terdiri dari biji kopi. Saat
ini Kopi jenis Robusta terutama dibudidayakan di Afrika Barat dan Asia
Tenggara. Pohon robusta merupakan tanaman yang tumbuh pada ketinggian
rendah (permukaan laut sampai 600 meter), tahan pada kelembaban dan
lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan kopi Arabica. Robustas matang
dalam waktu sekitar setengah dari waktu yang dibutuhkan kopi Arabica
dan menghasilkan hampir dua kali lebih banyak buah kopi.
Tidak seperti biji kopi Arabika, biji kopi Robusta tidak jatuh dari pohon ketika mereka menjadi matang, sehingga mereka tidak perlu segera panen. Robustas juga digunakan untuk kopi secara komersial dalam kaleng dan instant kopi. Karena lebih murah biaya produksinya, Robusta kadang-kadang dikombinasikan dengan kopi Arabica untuk mendapatkan citra aroma kopi yang lebih kental serta menurunkan kadar kafeinnya.
Tidak seperti biji kopi Arabika, biji kopi Robusta tidak jatuh dari pohon ketika mereka menjadi matang, sehingga mereka tidak perlu segera panen. Robustas juga digunakan untuk kopi secara komersial dalam kaleng dan instant kopi. Karena lebih murah biaya produksinya, Robusta kadang-kadang dikombinasikan dengan kopi Arabica untuk mendapatkan citra aroma kopi yang lebih kental serta menurunkan kadar kafeinnya.
Perbedaan Kopi dataran tinggi dan dataran rendah
Kopi
dari dataran tinggi memiliki aroma yang sangat baik, biasanya ditanam
di perkebunan pada ketinggian 600 hingga 1.800 meter di atas permukaan
laut.
Kopi
dataran rendah memiliki rasa yang berbeda. Secara umum semakin tinggi
ketinggian tanah, semakin baik kualitas kopi yang dihasilkan. Namun, hal
ini tidak selalu terjadi, karena perkebunan pada ketinggian yang lebih
rendah dapat juga menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi.
SISTEM BUDIDAYA TANAMAN KOPI DI KELOMPOKTANI PUNCAK LESTARI
A. PERSIAPAN LAHAN
1. Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
2. Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
3. Siapkan
pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan, diamkan satu minggu
dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam
2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam
B. PEMBIBITAN
1. Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
2. Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
3. Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
4. Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
5. Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
6. Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
7. Siramkan POC dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
8. Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam
1. Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
2. Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
3. Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
4. Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
5. Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
6. Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
7. Siramkan POC dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
8. Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam
Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi
Umur (bln)
|
gr/m2
|
||
Urea
|
SP-36
|
KCl
|
|
3
|
10
|
5
|
5
|
5
|
20
|
10
|
10
|
7
|
30
|
15
|
15
|
9
|
40
|
20
|
20
|
12
|
50
|
25
|
25
|
Catatan : Jenis
dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat.
Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat
daun.
C. PENANAMAN - Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
- Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.
D. PENYULAMAN
- Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
- Penyulaman dilakukan awal musim hujan
E. PENYIRAMAN
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau
F. PEMUPUKAN
- Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.
Jenis dan Dosis Pupuk Makro.
Tahun
|
gr/pohon/tahun
|
||
Urea
|
SP-36
|
KCl
|
|
1
|
2 x 25
|
2 x 25
|
2 x 20
|
2
|
2 x 50
|
2 x 50
|
2 x 40
|
3
|
2 x 75
|
2 x 70
|
2 x 40
|
4
|
2 x 100
|
2 x 90
|
2 x 40
|
5 - 10
|
2 x 150
|
2 x 130
|
2 x 60
|
> 10
|
2 x 200
|
2 x 175
|
2 x 80
|
Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat
Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah. Akan lebih baik ditambah pupuk organik Cair dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol .diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali
Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah. Akan lebih baik ditambah pupuk organik Cair dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol .diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali
G. PEMANGKASAN
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan
H. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
a. H A M A
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan Pestisida Kimia atau Hayati secara bergantian
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan Insektisida.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan Insektisida Kimia atau Insektisida Hayati secara bergantian
b. PENYAKIT1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan Pestisida Kimia atau Hayati secara bergantian
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan Insektisida.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan Insektisida Kimia atau Insektisida Hayati secara bergantian
1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan PESTISIDA
2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Fungisida Kontak /Sistemik
3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Fungisida Sistemik
4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Pupuk Hayati
5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Pupuk Daun dan Pestisida
6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Pupuk Daun.dan Pestisida
Catatan :
Jika
pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi,
sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh
air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah dosis 0,5 tutup botol per
tangki
I. P A N E N
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.
J. PENGOLAHAN HASILKopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.
Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
1. Biji keriput : asal buah masih muda
2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik

budidaya cengkeh
BUDIDAYA CENGKEH
Cengkeh (Syzygium aromaticum L Merr & Perry), termasuk dalam famili Myrtaceae
dan merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal
dari Kepulauan Maluku, Kemasyhuran cengkeh dan berbagai jenis rempah
Indonesia lainnya sudah dikenal dunia sejak berabad-abad yang silam.
Saat ini permintaan akan produk cengkeh terus meningkat sebaliknya
produksi dan mutu cengkeh yang dihasilkan justru cenderung terus
menurun. Sebagai acuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu cengkeh
tersebut, secara bersambung akan disajikan pedoman teknis budidaya
cengkeh. Episode kedua ini menyajikan ”Persiapan Bahan Tanaman Cengkeh.
II. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
Untuk
menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu
dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk,
benih, persemaian sampai pembibitan.
1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a. Tipe pohon induk
Tipe
cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar,
Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah
jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :
![]()
Gambar 1. Pohon induk tipe Zanzibar.
· Produksi tinggi.
· Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
· Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.
Sikotok :
![]()
Gambar 2. Pohon induk tipe Sikotok
· Produksi cukup tinggi.
· Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
· Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
· Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
· Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.
Siputih :
![]()
Gambar 3. Pohon induk tipe Siputih.
· Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
· Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
· Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
· Tajuk tidak rindang.
b. Persyaratan Pohon Induk
Pada
umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang
diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Sehat.
• Berumur > 15 tahun.
• Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
• Hasil rata-rata terus naik.
• Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
• Tidak terlindungi.
• Percabangan cukup banyak.
• Batang utama tunggal.
• Bebas hama penyakit
2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
· Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
· Berat 0.85 – 1.1 g.
· Tidak cacat.
· Tidak berlendir.
· Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
· Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum
disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi
yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit
buah dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih tidak terluka.
Pengupasan dilakukan dengan
tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih
direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan
pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan
mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel
pada kulit benih.
3. Persemaian
· Persemaian
dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih
dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit.
Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih
selama 2 bulan.
· Disiapkan
bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan
kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara – selatan. Jarak antar
bedengan 30 – 50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan
air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan
memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
· Biji-biji
ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas benih tepat
dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian
biji akan mulai berkecambah.
· Untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan
diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami,
alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar
75 %. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
· Tanah
bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan
liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
· Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ± 0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
· Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing berada
di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih
yang terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar
menjadi bengkok.
· Untuk
menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari
(tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak
merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian
ditutup dengan karung goni.
· Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.
4. Penanaman Bibit
Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap.
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica
sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan
tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok. Penanaman bibit di pembibitan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Langsung di bedengan
· Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun diberi pupuk kandang sebanyak ± 20 kg/m2.
· Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan sebelah timur 2 m dan di barat 1.5 m.
· Jarak
tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1
tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah
berumur 2 tahun).
· Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
· Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.
b. Menggunakan polybag
· Disiapkan
media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1, ukuran polybag 15 x 20 cm (bibit sampai umur 1
tahun) atau 20 x 25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya
ditempatkan secara teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau
30 x 40 cm.
· Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
· Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.
5. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
· Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak terlalu basah.
· Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
· Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
· Kerapatan
naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan
perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10
bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning
kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit.
· Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
· Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3–4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan pemupukan
berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah
dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2
minggu sekali.
· Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.
6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi. Beberapa kriteria yang digunakan untuk seleksi bibit cengkeh adalah :
· Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
· Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
· Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan panjang ± 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
· Mempunyai batang tunggal.
· Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua
|
Langganan:
Postingan (Atom)